Pages

Ummi ku sayang

Selasa, 24 Januari 2012
Bismillahir rahmanir rahim
Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Salam gaol buat teman-teman seiman sekalian, semoga selalu bisa lebih baik dari yang sudah-sudah ya.

Alhamdulillah hari ini gue punya kesempatan buat nulis lagi di blog ini, setelah seharian penuh tangan gue  aktif nulis nota-nota pesanan barang pelanggan-pelanggan setia toko gue di kampung. Biasalah anak pedagang, kalo aja gue anak pemilik restaurant mungkin gue bantuin nyicip menu nya satu-satu #eeh, yang ada malah ditabokin ortu mah kalo gitu. Gue gak sendirian kok bantuin di toko, masih ada 3 sodara kandung gue yang imut-imut pada bantuin juga. Meskipun dua orang yang kecil cuman bisa bantuin ngabisin permen di toples -______-.

Ada satu kejadian yang lumayan lucu ditoko, menurut gue sih, ini bentuk skenarionya, judulnya "Tak Semua Yang Kau Dengar Itu Benar"
Pembeli: "Ada jual box es?"

Gue     : "Oh ada, Pak" <- disini gue dengar box es jadi pop ice
Pembeli: "Harganya berapa?"
Gue    : "1000 per bungkusnya pak"
Pembeli: "Loh, murah ya" <- yg gue heran, si bapak gak curiga sama sekali sama kata "bungkus"
Gue    : "Iyalah Pak, mau rasa melon, strowberi, coklat atau apa?"
Pembeli: "Ada rasanya juga?? Apa ntar ikan saya gak ikutan berasa?"
Gue     :"Hah, ikan???"
Pembeli: "Saya kan mau beli box es buat nyimpan ikan"
Gue    : (pendengaran gue berangsur-angsur membaik) "oooo box es, nda ada Pak"
Kami pun tertawa membayangkan sebungkus box es  yang berasa melon.
#kesan dan pesan: jgn mainan BB dan koreklah telinga anda sebelum menjaga toko 

Ya rutinitas gue kalo pulang ke kampung halaman ya bantuin jagain toko, dan berhubung ayah telah berpulang kehadapan Allah SWT, kerjaan di toko gak seperti dulu lagi, soalnya gue sebagai anak tertua otomatis punya tanggung jawab besar buat bantuin ibu gue. Gue udah gak bisa nurutin kemauan hati yang menggebu-gebu buat maen atau kumpul bareng teman-teman SMA dulu. Gue harus stand-by sampai toko  tutup. Sesuai prioritas gue, setelah Tuhan baru keluarga baru setelah itu yang laennya.

Gak cuma tanggung jawab sebagai anak tertua, yang jadi alasan utama gue menduakan nafsu gue adalah Ibu gue, ya Ummi dalam bahasa lainnya. Sepeninggal alm. ayah, ibu adalah tulang punggung keluarga. Ibu lah yang melanjutkan usaha keluarga berupa sebuah toko yang ditinggalin ayah. Nggak semudah yg loe bayangkan bro, berdagang itu banyak sekali kendalanya, apalagi dengan keadaan daya beli konsumen di kampung halaman gue sekarang sedang lesu ditambah ibu mesti menafkahi kami, 4 orang anak lelakinya.

Selain peluh, keringat dan rasa lelah, masih ada kesedihan di wajah ibu. Ya ibu masih terlalu muda (umur beliau 41 thn) untuk ditinggalkan seorang suami yang begitu sangat dicintainya, cobaan cinta mereka seakan tidak berhenti, mulai dari perbedaan status sosial yang membuat kedua orang tua bapak gue gak nerima ibu gue dulu, sampai akhirnya ajal memisahkan. Jikalau di buat sinetron striping, sampai season ramadhan pun gak bakal selsai kisah mereka berdua. Gue merasa bersalah, harusnya gue ada mengusap keringat ibu saat beliau kelelahan, harusnya gue ada memijat pundak ibu saat dia keletihan dan harusnya gue ada mendengar ceritanya saat beliau butuh tempat untuk melimpahkan semua curahan hatinya. Tapi apa, gue ada di surabaya buat meraih gelar sarjana sesuai apa yang udah di impikan bapak gue. Mumpung gue lagi libur dan itulah saatnya gue menyicil semua jasa ibu yang gak mungkin bakal gue lunasin sampai kapan pun itu. Gue hanya ngejalanin perintah Allah SWT sesuai dalam firmannya:


Dan Kami perintahkan kepada manusia (berbuat baik) kepada dua orang ibu bapaknya; ibunya telah mengandungnya dalam keadaan lemah yang bertambah-tambah, dan menyapihnya dalam dua tahun. Bersyukurlah kepada-Ku dan kepada duai ibu bapakmu; hanya kepada-Ku engkau akan kembali (Q.S. 31:14-15)
Loe-loe tau kan apa timbal balik kalo sampai melanggar perintah Allah, neraka bro, neraka sist. Walaupun gak ada perintah dari Allah, loe betul-betul manusia paling gak punya hati kalo sampe nyakitin ibu-bapak loe yang udah ngorbanin semuanya buat loe. Harta, tenaga, sampai nyawa pun mereka rela. Loe mesti tau seorang ibu yang hamil itu ngorbanin nyawa mereka, mereka bisa aja meninggal dunia karena mengandung maupun ngelahirin loe.

Ibu gue gak berlama-lama bertahan dalam badai kesedihan yang dilandanya, dia memilih berjalan dan melawan dahsyatnya badai itu, dia ingat kalo dia terus hanyut dalam kesedihannya toko gak bakal jalan dan gak akan bisa nyekolahin anak-anaknya yang laki semua. Dia cuma bilang ke gue dan adik-adik gue
"Insya Allah mama bisa dan mama kuat buat kalian walau tanpa bapak".
Air mata gue hampir terjatuh saat dengar itu, ibu gak nyuruh gue berhenti kuliah buat bantuin dia di toko, dia pengen ngelihat gue jadi sarjana sesuai impian alm. ayah. Di tengah perjalanan gue kembali ke Surabaya, gue gak berhenti berterimakasih sama Allah, gue udah dititipin ke seorang malaikat yang terbaik.

Ibu adalah sosok yang mencintai anak-anaknya seperti matahari mencintai titah Tuhannya, tak lelah beliau menghangatkan dan menyinari kita dengan sinar cintanya. Bila nyawa pun taruhannya, pasti dia berikan. Gak salah Rasulullah SAW bilang kalo derajat Ibu untuk dihormati itu 3 kali lebih tinggi di banding Ayah. Sebab mulai dari janin sampai loe dewasa, doa dan kasih sayang ibu gak berhenti buat kita. Nah, buat lo-loe semua sahabat-sahabat muda gue yang ngerasa pernah berdosa atau durhaka sam ibu loe, segeralah loe minta maaf dan bertobat.

Ibu gue dengan sisa-sisa kesedihannya masih terus kuat berjuang segalanya demi gue dan gue sebagai anak wajib buat beri dia yang terbaik juga, ini juga berlaku bagi semua anak di dunia. Dia nyekolahin kita, mesti kita bales dengan prestasi, dia mendidik kita, kita harus balas dengan berlaku baik. Kalo loe gak bisa berprestasi paling gak jangan buat dia sedih, sudah lebih dari cukup bagi dia melihat loe tumbuh jadi anak baik-baik. Menurut gue, sampai loe buat ibu loe nangis gara-gara semua tingkah ugal-ugalan, maka loe adalah seorang yang gak pernah sadar bahwa azab Allah itu sungguh pedih.

Cuma satu cita-cita gue saat ini, ngelihat Ibu gue tersenyum melihat gue berhasil jadi anak yang baik dan berhasil. Gue yang bakal ngurusin dia saat tua ntar seperti dia ngurusin gue saat bayi dulu.

Dalam do'a selalu ku minta semua yang terbaik buat mu Ibu.
Sekian dari gue bro and sist, jgn pernah loe bikin orang tua loe, termasuk Ibu loe kecewa.

Keep On Motivated Bro and Sist sekalian
Wassalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh


6 komentar: