Pages

Tak Harus Jadi Pemeran Utama

Sabtu, 25 Januari 2014

Udara panas tiba-tiba berubah menjadi sejuk, lembab oleh partikel-partikel air yang ikut terbawa, langit bergemuruh diikuti kilat-kilat cahaya, butir-butir air mulai turun dari langit menuju bumi, semakin lama semakin deras jatuh membasahi kota Surabaya, bau tanah yang basah begitu menenangkan.

"Mereka adalah orang pertama yang mengkorek-korek telinga saya tentang Islam, semua mereka berikan selama saya berproses menjadi seorang mualaf, bahkan memberikan tempat tidur ketika saya harus diusir dari rumah oleh kedua orangtua" aku ustad mantan pastur itu, sambil memandang takzim dua sahabat yang sudah lama tak ditemuinya.

Gemuruh langit semakin keras, mengikuti pernyataan Sang Ustad, seolah-olah membenarkan pernyataan yang dikeluarkan olehnya.

 "Ayo Pak Ichal (bukan nama sebenarnya)  dan Pak Pri (juga bukan nama sebenarnya) maju, mungkin ada yang mau disampaikan." panggil Ustad Banu kepada sahabat-sahabatnya.

Yang dipanggil malu-malu maju ke depan setelah sebelumnya sempat menolak panggilan itu, yang berani maju hanya satu, Pak Ichal.

"Dulu kami yang mengkorek-korek telinganya tentang Islam, sekarang malah dia yang jadi ustad." cerita Pak Ichal diikuti tawanya yang terkekeh-kekeh.

Aku, yang kebetulan ikut serta dalam pengajian rutin dua minggu sekali di rumah Ustad Banu masih sibuk mennyeka keringat akibat udara panas sebelum hujan tadi. Tak ku sangka-sangka, kegiatan yang baru ku ikuti sekitar sebulan lalu itu tiba-tiba berubah menjadi ajang nostalgia. Mengharu biru, mencuri perhatian, kalau saja itu akting, Sang Ustad pasti mendapat piala oscar sebagai pemeran utama terbaik dan si sahabat sebagai pemeran pembantu terbaik, tapi aku terlalu sibuk dengan baju yang basah oleh keringat. Dua adik kelas yang ku ajak kompak dengan peserta lain yang masih terdiam, takzim melihat pemandangan itu.

Sesaat sesudah aku selesai dengan urusan menyeka keringat, Pak Ichal telah selesai dengan cerita singkatnya. Begitu mengibanya, peserta kajian yang tiba-tiba berubah menjadi penonton itu sampai lupa memberikan tepuk tangan tanda apresiasi. Di tengah suasana yang kosong, Ustad Banu berdiri memecah suasana, berjalan mantap menuju ke arah sahabatnya, tanpa banyak bicara, dipeluknya sahabatnya itu, wajahnya yang putih itu memerah, erat sekali pelukannya, tanda cinta dan terimakasih yang tak terhingga. Sang Sahabat tak tinggal diam, dibalasnya pelukan itu penuh cinta, tak kurang dari apa yang ditunjukkan oleh Sang Mantan Pastur yang diselamatkannya itu.
Aku yang sudah selesai dengan masalah keringat tiba-tiba terbawa suasana, terhanyut dalam adegan klimaks itu, ujung mataku sudah basah oleh air mata yang terpaksa ku tahan, apa boleh buat, daripada menjadi cerita dua junior yang mungkin saja ember kepada junior lain sebagai bahan bicara di masjid kampus besok siang. Si Senior Paling Sok menangis.

Bunyi hujan diatas atap mengiringi adegan tersebut, harmoninya lebih indah dari melodi kamar yang termahsyur itu. Udara dingin nan lembab masuk lewat pintu menuju lorong rumah, sempurna menyentuh dengan lembut wajah-wajah para penghuni dan pengunjung rumah. Sungguh, suasana sedih bercampur ketenangan yang datang berkat berkah Tuhan yang turun dari langit. Mengharukan. Sang Aktor Utama masih berpelukan dengan Sang Pemeran Pembantu.

***

Siang itu, dua pekan sebelum bulan Ramadhan, keadaan mulai canggung di beranda masjid kampus. Bunga Pohon Sono yang berguguran menguningkan petak demi petak paving block di halaman belakang masjid, selalu begitu setiap bulan suci itu akan datang. Di tengah-tengah lalu lalang penghuni kampus, aku masih bingung tentang apa yang harus aku lakukan. Setelah aku melemparkan kalimat "naas" itu, si Darius mulai berubah raut wajahnya, ada setitik air bening di ujung matanya. 

"Saya kangen Kakak Mas, jarang-jarang liburan lebaran dia pulang ke Samarinda. Saya berat banget harus menunda kepulangan, saya tahu ini amanah, tapi..." Darius mulai setengah terisak.

Jajaran pengurus harian sudah mempercayakan amanah sebagai pendamping kegiatan Sambut Maharu (Mahasiswa Baru) kepadaku, sudah barang pasti berbarengan dengan amanah mengkondisikan para PJ (penanggung jawab) yang pastinya bakal mudik
. Maklum, masuknya mahasiswa baru pasti identik dengan tahun ajaran baru. Aku tahu betul perasaan seperti ini, liburan yang sudah direncanakan, wajah-wajah sanak saudara yang terbayang-bayang, janji-janji kongkow bareng teman-teman lama di kota asal. Anak rantau mana yang tak sedih kalau harus menunda kebahagian-kebahagian itu? Aku ingat betul ketika si Sandy, ketua Ramadhan di Kampus dua tahun lalu, menangis di depan forum rapat perdana, ia menangis sambil menguatkan PJ lain. Kalau project-projectku yang lain sudah selesai, akan kuceritakan kisah si Sandy nanti.

"Mas tahu perasaan Dek Darius, tapi mungkin saja Kakaknya bisa dibujuk agar lebih lama liburan di Samarindanya
. Toh, kita juga akan liburan 2 minggu hingga Idul Fitri datang" kataku meyakinkannya.

Aku dengan tega harus membunuh kebahagian adik kelasku itu, ini sudah H-2 bulan menuju kedatangan para Mahasiswa Baru, mustahil bagi kami, jajaran pengurus harian, untuk me-reshuffle ulang kabinet yang sudah terbentuk, hanya akan memakan banyak waktu. Tak sekali dua kali aku harus tega seperti ini. Adik-adik kelas yang lain juga sudah menjadi korban “keganasan”-ku ini. Ya, sungguh tega, sebagai tipe orang yang tidaktegaan sepertiku, hampir-hampir saja aku luluh melihat setitik air diujung matanya mulai jatuh tak mampu menahan beratnya perasaan kecewa.

"Baiklah, Mas. Nanti saya kabari kakak dan orangtua dulu, Insya Allah saya bersedia menjadi Ketua Panitia Sambut Maharu ini" dalam kesedihannya, Darius paham betul gesture tubuhku yang hanya akan memberikan dua pilihan untuknya, kau terima atau akan ku lobby lagi sampai kau mau.

Bunga-bunga Pohon Sono masih terus berguguran, seakan mengerti, harus ada yang dikorbankan demi keberlanjutan sesuatu yang lebih besar.

Pengondisian PJ lain dan para staff lain juga berlangsung sama beratnya, mereka
belum paham betul tentang urgensi agenda satu ini. Hanya janji libur  2 minggu sebelum Idul Fitri yang mampu aku tawarkan. Andai mereka tahu "barang dagangan" kami, kegiatan ke-Islaman, kurang diminati, trend mahasiswa kampus kami yang hedon akan kegiatan kemahasiswaan juga jadi ancaman bersama untuk semua unit kegiatan kemahasiswaan yang ada di universitas kami tercinta.

Bagi kami, para penggiat unit kegiatan mahasiswa, ajang Masa Orientasi Bersama (MOB) yang diadakan kampus setiap awal semester gasal bagaikan jaring besar milik para nelayan di lautan. Ikan sedang banyak-banyaknya, sekali jaring, seratus sampai tiga ratus calon anggota baru akan kau raih. Apalagi dakwah kampus yang berpondasikan kader, mutlak bagi kami harus bergerak rapi dan massive. Meleset sedikit saja, maka kegiatan dakwah ke depan akan sulit sekali terlaksana. Oh iya, mungkin aku lupa cerita, kampusku ini kampus swasta, terkenal......mahalnya se-Tanah Pahlawan ini, multikultural pula, bahkan beberapa tahun kebelakang, muslim adalah minoritas di kampus ini, namun kebijakan kampus tentang promosi, membuat orang-orang yang masuk ke kampus mulai beragam. Beda sekali dengan kampus negeri yang muslimnya mayoritas dan para alumni aktivis dakwah sekolahnya membanjir. Butuh sedikit perjuangan ekstra bagi kami merekrut calon anggota baru. Tak cukup itu tantangan kami, pengurus yang jumlahnya 90-an orang, harus tergerus arus mudik hingga yang tersisa di kampus hanya tinggal 40-an orang dan itu pun harus di bagi, 20 orang menggarap Sambut Maharu dan sisanya menggarap kegiatan Ramadhan di kampus.

Rapat demi rapat terlaksana, mulai rapat besar sampai rapat via chatting online. Konsep mulai konsep tercipta, mulai dari direct selling sampai stand bazaar bertemakan Minions (tokoh animasi yang sedang terkenal). Adik-adik kelasku ini memang begitu kreatif. Sampai pada suatu rapat, H-1 minggu sebelum kepulangan mereka untuk mudik. Tiba-tiba Darius bertanya,

“Mas, ini sudah H-1 Minggu sebelum kepulangan kami, konsep memang sudah ada tetapi sumber daya manusia sangat kurang, teman-teman panitia Ramadhan juga jobdesk-nya sudah hampir selesai. Apa yang bisa membuat saya yakin mereka akan kembali ke-Surabaya tepat waktu untuk membantu kami mengeksekusi kegiatan ini?”

Aku cukup terkejut mendengar pertanyaannya, hal yang memang belum ditemukan solusinya, bahkan di forum para pengurus harian.

“Jangan pernah ragu kepada teman-teman yang lain. Kalau Dek Darius yakin, mereka pasti akan pulang tepat waktu” aku berusaha meyakinkannya sambil meyakinkan diriku sendiri.

Percaya pada orang lain adalah jalan utama menuju kepercayaannya padamu

Angin laut menerpa wajahku sayu-sayu, lembut. Kapal ferry yang mengantarkanku menyebrangi Selat Alas menari ke kiri dan ke kanan bersama iringan ombak yang tenang sepagi itu. Perjalanan kembali menuju Surabaya. Tiga minggu setelah rapat yang membuatku ketakutan. Dengan sisa-sisa harapan yang ada, aku hanya bisa mengirimkan sms motivasi akan perjuangan dengan penekanan agar para pengurus kembali ke Surabaya secepatnya lalu kemudian hanya bisa berdo’a kepada Dzat Yang Maha Mengabulkan Segala Do’a.
Tibalah satu minggu penuh perjuangan itu, pekan MOB dimulai. Upacara pembukaan dimulai pukul 07.00 pagi, sebagian besar mahasiswa baru sudah berbaris rapi dengan pernak-pernik khas mahasiswa baru sedangkan sebagian kecil lain ada yang terlambat, terburu-buru turun dari bus kampus, setelah turun pun masih harus berhadapan dengan kakak kelas yang dengan wajah mengerikan yang dibuat-buat, membangun kedisplinan katanya. Sepagi itu, aku, Darius, jajaran pengurus harian dan segelintir pengurus yang telah pulang dari mudiknya mengurus masjid untuk keperluan ibadah para mahasiswa muslim. Bangunan masjid kami yang tidak terlalu besar, bahkan tidak cukup besar untuk disebut masjid itu tidak akan muat untuk 987 mahasiswa baru yang beragama Islam. Di halaman belakang masjid, tempat pohon-pohon Sono tumbuh dan menggugurkan bunga-bunganya kami hamparkan karpet-karpet, kami bangun hijab (pembatas antara jamaah laki-laki dan perempuan) dengan kain hijau warna kegemaranku. Kekhawatiranku belum berhenti, bahkan setelah sholat Dhuha pun aku masih belum tenang, banyak sekali pengurus yang belum datang padahal sebentar lagi akan ada rapat konsolidasi.

Setelah menunggu sekitar 45 menit dan masih belum ada pengurus tambahan yang datang, aku memutuskan untuk segera memulai rapat konsolidasi. Pengurus yang hadir saat itu adalah orang-orang yang memang sudah dipastikan hadir. Cakhra, Adhim, Ricky, Bina dan beberapa akhwat (cewek) yang memang belum kuhapal namanya karena budaya komunikasi antar ikhwan-akhwat yang sangat kami jaga. Biar kuceritakan sedikit tentang empat ikhwan (cowok) yang hadir ini. Chakra, pemuda gondrong dengan hati paling lurus yang pernah ku kenal, penggemar musik rock tapi paling gampang tersentuh, adik kelas yang paling pertama kukenal saat MOB satu tahun yang lalu. Adhim, cowok penggemar motor klasik, aku mengenalnya karena dia adalan adik binaanku saat pembinaan mingguan (mentoring keagamaan), kalau bicara sedikit tapi lumayan bandel. Ricky, adik kelas paling istiqomah datang ke masjid kampus, kapan pun kalian mengunjungi masjid kampus, maka akan selalu ada dia, paling handal dalam hal-hal teknis meskipun  sedikit cerewet dan yang terakhir adalah Bina, adik kelas yang tinggi badannya dua kali tinggi badanku, baru-baru saja bergabung bersama kami di unit kegiatan kerohanian Islam tapi sudah terlihat keseriusannya dalam berdakwah. Nanti kuceritakan kisah mereka masing-masing ditulisan yang lain.

Sebagai Ketua Acara, Darius membuka rapat konsolidasi itu, dia begitu profesional dan tenang, dengan jumlah peserta rapat yang sedikit, tidak ada raut kecemasan di wajahnya. Padahal beban berat sebagai seorang ketua panitia acara adalah yang paling berat ketika meliahat peserta dengan jumlah yang minim tersebut. Di puncak kepasrahanku, 30 menit setelah rapat dimulai, maka bermunculanlah pengurus-pengurus yang lain, tidak bisa kuceritakan siapa saja meraka dan kelebihan mereka masing-masing, yang jelas tiap-tiap kemampuan mereka selalu mempermudah perjuangan kami. Dengan jumlah hampir 40 orang, senyumku mulai berkembang.

Begitu rapat konsolidasi selesai, kami siap bergerak. Ada yang menyiapkan minuman dingin untuk amunisi direct selling, memasang banner-banner bertuliskan “Selamat Datang Maharu 2013”, menyiapkan rukhiyahnya dengan sholat dhuha dan membaca Al-Qur’an. Sudah pukul 11.00, sebentar lagi mahasiswa baru akan masuk jadwal ishoma (istirahat, sholat, makan).

Pukul 11.30, dari kejauhan tiba-tiba pemandangan berubah hijau, kerumunan mahasiswa baru lengkap dengan jas almamater hijau gelap khas kampus kami mulai terlihat didampingi Maping (Mahasiswa pendamping, biasanya kakak kelas) menuju masjid. Beberapa juga ada yang pelan-pelan menyingkir dari barisan. Bandel. Paling-paling mencari makanan di kantin yang memang tak jauh dari masjid. Sampai di depan masjid, beberapa pengurus mulai menawarkan jasa penitipan tas di depan masjid dengan ramah, beberapa mengarahkan ke tempat wudhu, beberapa langsung melakukan direct selling kepada mahasiswa baru yang masih mengantri wudhu yang memang panjang. Lima belas menit berlalu, 11.45, adzan berkumandang khas suara berat si Bina.

Tiga puluh lima menit telah berlalu, mahasiswa baru dan beberapa pengurus sudah sholat hinga kloter kedua tetapi masih banyak sekali mahasiswa baru yang belum wudhu. Ternyata kran wudhu tidak cukup banyak untuk 987 orang mahasiswa baru muslim. Ini memperlambat proses sholat yang kami asumsikan hanya dua kloter. Semakin banyak waktu yang habis untuk sholat berarti semakin sempit waktu buat kami untuk melakukan direct selling karena mereka harus kembali ke kelas pukul 12.30 yang berarti sepuluh menit lagi. Padahal pendekatan secara personal dengan direct selling merupakan strategi paling efektif selama ini. Namun apa mau dikata kami tak mau berurusan dengan pihak kampus dengan alasan tidak mengindahkan rundown acara MOB karena telah menahan mahasiswa baru untuk kembali ke kelas. Maka direct selling hanya dapat dilakukan kepada beberapa orang yang telah selesai sholat pada kloter ke-1 dan ke-2, sedangkan sisanya hanya dapat didekati sebentar sebelum sholat kloter ke-3.

Seluruh mahasiswa baru telah kembali ke kelas, tinggal kami para pengurus sedang sibuk dengan form direct selling kami untuk pendataan mahasiswa baru yang nantinya akan di follow up dalam berbagai acara UKKI. Jam 14.00 tepat, kami berkumpul kembali untuk evaluasi hari ini. Seperti yang kuduga, beberapa akhwat protes tentang jumlah kran wudhu yang sedikit karena menghambat proses sholat, apalagi jumlah mahasiswa baru muslim wanita hampir tiga kali lipat yang laki-laki.

“Kita bikin saja kran tambahan sederhana, pakai pipa paralon yang dilubangi dan selang” kata Ricky memberi solusi.

“Setuju, di laboratorium teknik elektro juga ada solder listrik buat ngelubangin pipanya” Adhim setuju dengan Ricky.

Yang lain mulai mengangguk-angguk tanda setuju.

“Emang ikhwannya siap lembur malam ini?” tanya seorang akhwat ragu.

“Allahuakbar !” pertanyaan akhwat tersebut dijawab kumandang takbir seluruh ikhwan, yang berarti iya.

Jadilah malam itu kami membuat kran tambahan. Tidak ada ikhwan yang pulang, semuanya berkerja karena malam itu beberapa amunisi tambahan seperti banner-banner, spanduk dan hiasan-hiasan masjid juga harus dipasang. Si Ricky dengan cekatan mengukur jarak antar lubang di pipa paralon yang baru dibelinya setelah magrib tadi. Adhim sedang menyiapkan solder listriknya. Bina, Chandra dan beberapa ikhwan sedang sibuk dengan spanduk dan hiasan-hiasan masjid. Sedangkan aku, Darius dan ikhwan-ikhwan lain sedang belepotan lem dan potongan bambu untuk sebagai rangka banner, malam itu benar-benar sibuk. Oh iya, beberapa juga ada yang sibuk dengan gorengan hangatnya. Huft.

Pukul 22.00 kami baru pulang.

Hari pertama, kran wudhu tidak cukup banyak untuk 987 orang. Tapi kami tak kehabisan akal.

Hari-hari berikutnya berjalan dengan lancar berkat kran wudhu yang kami buat beberapa malam lalu. Proses direct selling berjalan lancar hingga hari keempat, semakin banyak mahasiswa baru yang kenal dan nyaman dengan kami. Bahkan ada yang sudah mulai tercium gerak-gerik tertarik ikut UKKI. Beberapa ada yang benar-benar niat menanyakan tentang perkuliahan ke depan, calon-calon mahasiswa teladan harapan bangsa. Ada juga beberapa pertanyaan konyol macam dalam satu semester bisa bolos berapa kali? Kalau misalnya tidak ikut ujian bisa lulus tidak? Dan lain-lain.

“Anak UKKI memang selalu seramah ini?” tanya Wisnu, mahasiswa baru fakultas teknik ‘korban’ direct selling-ku.
Dengan senyum mengembang dan meyakinkan aku menjawab, “iya, selalu seramah ini dan akan selalu begitu. Makanya kalau ada apa-apa ke masjid saja, kami selalu disini.”

Tidak terasa, besok sudah hari kelima.

Dirrect selling adalah langkah pertama dalam setiap perekrutan anggota baru

Hari kelima adalah hari paling menentukan karena ada dua agenda besar. Sarasehan kerohanian dan Bazaar Ormawa (Organisasi Mahasiswa). Agenda-agenda ini adalah langkah selanjutnya dari direct selling karena para mahasiswa baru akan melihat kreasi dan kinerja UKKI yang kami ceritakan selama pendekatan di masjid kampus. Jauh-jauh hari kami sudah menentukan siapa pembicara paling pas untuk sarasehan dan tema paling keren untuk bazaar kami. Terpilihlah Ustad Gaul dari Kediri dan Minions untuk menghias stand bazaar.

Sembilan ratus delapan puluh tujuh mahasiswa baru muslim ramai merayap di halaman belakang masjid, tempat pohon-pohon Sono tumbuh. Kuningnya bunga pohon Sono kalah dengan warna putih pakaian maharu hari itu. Begitu ramainya, mereka sampai ada yang harus duduk dipelataran fakultas ekonomi yang memang tidak jauh dari masjid. Beberapa dari mereka bahkan ada yang harus duduk dirumput beralaskan spanduk-spanduk bekas acara-acara kami dulu. Minuman dingin yang kami siapkan bahkan tidak cukup. Beberapa dari mereka bahkan harus minum dari kran air wudhu (hehehe yang ini becanda). Ramai sekali.

Sang Ustad Gaul dari Kediri pun mulai beraksi, dengan gayanya yang kocak, pemahamannya tentang remaja yang begitu up-to-date serta kemampuannya menyenandungkan beberapa lagu band-band masa kini di usianya yang udzur (maap Ustad, piss) begitu menarik perhatian. Tidak jarang ada yang tertawa terpingkal-pingkal. Namun, tidak semua isi materinya adalah humor karena ada beberapa penekanan ketika nada suaranya berubah yang berisi nasehat dan dalil-dalil yang jelas dan lengkap. Sengaja kami memilih beliau karena ingin membentuk mindset mahasiswa baru bahwa kajian keislaman itu seru.

Di antara gelak tawa para mahasiswa baru, para pasukan Minions sedang bersiap-siap di stand bazaar. Aku yang ikut mendandani adik-adik kelasku itu mencuri-curi kesempatan untuk tertawa melihat para Minions. Bagaimana tidak, walaupun tak 100% mirip tapi dandanannya begitu menggelitik. Tidak konyol tetapi mengundang tawa. Aku harus hati-hati karena tidak mudah membuat mereka menerima jobdesk sebagai Minions, siapa tahu saja mereka berubah pikiran.

Setelah sholat Ashar, para mahasiswa dengan instruksi panitia MOB mulai melakukan rally bazaar. Mereka diminta untuk melihat promosi ditiap-tiap bazaar dan memberikan penilaian dengan cara memasukkan kupon kedalam kotak yang sudah disiapkan. Kupon-kupon itulah yang menjadi parameter keberhasilan direct selling kami karena apabila mayoritas korban pendekatan kami memberikan kuponnya berarti mereka sudah punya ketertarikan kepada konten yang kami tawarkan. Sekalian kami mengincar kategori Favourite UKM agar dapat tertokohkan sebagai ormawa yang tidak hanya bisa berceramah tetapi juga profesional dan tidak kalah dengan UKM-UKM lain.

Tema Minions ternyata berhasil, beberapa mahasiswa baru cewek yang memang gemar dengan tokoh animasi itu berebut minta difoto bareng karakter kesayangannya itu dengan syarat mem-vote kami dengan memberikan kupon. Yah, tidak bisa ketemu aslinya paling tidak ketemu KW 2-nya. Meski pada akhirnya aku harus dievaluasi beberapa pengurus harian karena mengancam jarak aman antara cowok-cewek karena seluruh pasukan Minions adalah laki-laki.

Meskipun tidak mirip Minions yang asli. Tema-tema kekinian paling disukai mahasiswa baru.

Rally bazaar pun berakhir, tinggal menunggu hasil akhir yang akan diumumkan saat acara pengumuman pukul 20.00 nanti. Para akhwat sudah pulang karena batas jam malam yang kami tetapkan adalah 19.00 dan tersisalah kami para ikhwan yang menunggu hasil akhir sembari melepas lelah di masjid karena aktifitas seharian. Suara band-band pengisi acara penutupan begitu menggelegar dan meriah tetapi mengganggu aktivitas di masjid, atas nama toleransi umat beragama maka kami hanya bisa menerima saja karena beberapa kali lobby kami tidak diindahkan panitia.

Tibalah saat yang dinanti, pengumuman Stand Terbaik, Favourite Stand dan Aksi Terbaik. Tetapi karena kelelahan, kami memilih mendengar pengumuman dari beranda masjid saja. Pengumuman pertama adalah aksi terbaik yang dimenangkan oleh salah satu UKM Bela Diri. Kemudian dilanjutkan Stand Terbaik, jantung kami mulai berdebar meskipun bukan gelar yang kami kejar.

“Dan....yang mendapatkan Stand Terbaik adalah........” pembawa acara mulai rese’, sengaja mengulur-ngulur waktu.

Pemenangnya adalah salah satu unit kampus yang menangani pelatihan dunia kerja pasca-kampus. Kami sedikit kecewa.

Tibalah saat pengumuman selanjutnya.

“Dan...yang mendapatkan Favourite Stand adalah.....” pembawa acara kembali bertingkah.

“Setelah pesan-pesan yang berikut ini...” candanya tanpa diikuti tawa mahasiswa baru yang memang sudah mulai kelelahan.

“Unit Kegiatan Kerohanian Islam !!!”

Kami berlari keluar masjid menuju lapangan upacara tempat acara penutupan berlangsung. Ketua Umum kami, Setiyoso, sudah naik ke atas panggung menerima penghargaan setelah sebelumnya ribuan pandangan menuju padanya saat melakukan manuver sujud syukur. Sunnah yang terasingkan dan baru-baru ini dipopulerkan kembali oleh Timnas U-19.

Kami tidak bisa berkata apa-apa. Hanya ucapan syukur kepada Sang Maha Pemberi Nikmat.

Sebelum meninggalkan panggung, lewat komando Setiyoso kami mengumandangkan takbir dan kembali dilirik penuh keheranan oleh para mahasiswa baru dan panitia. Peduli apa.

Agama ini datang dalam keadaan asing dan akan kembali juga dalam keterasingan. Sungguh bahagia orang-orang yang merasa diasingkan (sabda Rasul dengan sedikit modifikasi)

“Darius !...Darius...!”

Darius Sang Ketua Acara dilemparkan ke udara oleh pengurus-pengurus lain. Tanda keberhasilannya sebagai pemimpin di lapangan. Tapi aku yakin, tidak hanya Darius yang merasa berhasil malam itu, seluruh pengurus lain dengan definisi bahagia yang berbeda-beda juga turut bahagia malam itu. Aku rasa Darius paham sekali bahwa hasil-hasil yang kami dapatkan selama lima hari ini adalah berkat hasil kinerja teman-teman yang lain juga. Teman-teman yang sempat dia ragukan komitmennya. Raut wajah mereka semua sama. Tidak ada yang terlihat lebih bahagia dari yang lain.

Setelah momen foto-foto, kami duduk melingkar untuk berdo’a. Tanda syukur kami atas nikmat kecil Tuhan malam itu. Bunga-bunga Pohon Sono masih terus berguguran. Tepat sesi do’a akan dimulai kembang api perayaan penutupan MOB membakar langit malam. Jadilah kami berdo’a di bawah hujan bunga dan bising semalam itu.

Dalam hatiku yang kurendahkan dihadapan Allah malam itu, aku mohon maaf karena sempat meragukan pertolongan-Nya yang akan selalu datang. Aku juga bersyukur dengan komplit dan solidnya team Sambut Maharu tahun ini, karena segala sesuatu yang terjadi tak hanya jadi bagian Sang Pemeran Utama (Darius) tetapi juga berkat alur cerita yang diindahkan oleh hadirnya para Pemeran Pembantu.
Read more ...

Panggilan Itu.....Panggilan Cinta

Selasa, 03 Desember 2013
Pagi itu, di tengah-tengah kesibukan warga kampus. Dalam hikmat, dahiku masih menempel di karpet yang tekstur kasarnya menandakan bahwa usianya tak muda lagi. Dinginnya lantai yang baru saja dipel mengalir diujung jari-jariku yang tak sempurna mendarat di atas karpet, mengalir sempurna mengkristalkan perasaan tenang di hatiku sepagi itu. 
Angin yang berhembus dari kipas angin yang tertempel di dinding tepat mengenai wajahku yang baru saja bangkit dari sujud panjangku, sejurus kemudian aku mengucapkan salam ke kiri dan ke kanan. Ya, masjid kampus, saksi bisu yang mendokumentasikan sempurna kegiatan-kegiatan para penggiat dakwah kampus sekali lagi mencatatkan dirinya sebagai tempat pertama yang ku kunjungi sebelum kegiatan perkuliahanku dimulai. Selepas itu, kupanjatkan do'a-do'a yang terbang ke langit bersayapkan pengharapan dan penghambaanku, ku harap mereka sampai kepada Dzat yang tepat, Maha Pengabul Segala Do'a.
Read more ...

Sudah rapatkah shaf kita, hai pemuda?

Kamis, 22 Maret 2012
Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Hey, what's up masbro sekalian dan mbaksist sekalian??
Udah diupgrade gak iman loe hari ini?
Semoga kita semua bersemangat kayak kerupuk yang baru selesai di goreng, mekar, cerah, ceria dan simpanlah semangat kita dalam kaleng bernama iman, biar gak melempem waktu terkena angin godaan nafsu.. Amiin Ya Rabb..

Alhamdulillah banget nih gue ada kesempatan buat nulis lagi, dalam kondisi template blog yang baru hehehe *pamer*. Setelah sekian lama mencari akhirnya ketemu juga template yang pas sama keinginan gue, cerah, putih, cantik,pintar, berjilbab...loh!! Salah ding, itu mah kriteria bakal calon istri gue di masa depan nanti (di amin-in dong brooo). Maksud gue itu template nya cerah, ceria, looking fresh juga dan sesuai kata dosen Desain Web gue, warna putih itu terlihat sopan dan bercampur warna orange yang identik dengan keceriaan. Pokoknya cucok deh..!! \(^▽^)/

Langsung aja, gue pengen nulis apa yang ada di dalam otak gue sewaktu gue lagi on the way dari masjid menuju ke kontrakan gue *music background sepanjang jalan kenangan*. Bada' sholat magrib berjamaah di masjid yang gak seberapa jauh dari kontrakan gue, gue agak kepikiran sama kejadian sesaat sebelum imam mengucapkan takbiratul ihram.
Read more ...

JombloIsMe

Minggu, 26 Februari 2012
Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh
Masbro and Mbaksist yang ane hormatin dan ane banggakan, apa kabar antum/na hari ini?? Galau kah?? Ane harap gak ya.. (∩_∩)Ane aja yang barusan nonton Arsenal di bantai AC Milan 4-0 tetep berbesar hati kok(cieeee curhaaaaat)

Mungkin dalam hati agan-agan dan aganwati-aganwati sekalian terbesit pertanyaan "Ngapain sih nih orang tiba-tiba nanyain galau?". Ane cuman ngasih tau, jikalau galau, galaulah yang cerdas jangan galau yang isinya ngetweet atawa ngepost yang isinya kegalauaaan mulu karena itu bukan tempatnya. Sekalipun pengen galau, lebih baik post lewat doa, biar langsung di dengar Allah SWT, sekalian minta petunjuk untuk bebas dari cengkraman rasa galau yang sedang ente-ente rasain saat ini. Jujur, akhir-akhir ini ane merasa digelitik karena tiap buka beranda-nya facebook, timeline-nya twitter, recent update-nya bbm isinya galauuuuu melulu, dan yang paling sering ane lihat itu galau gara-gara jomblo (́_̀). Dari hasil observasi itulah ane pengeeen banget nulis tentang jomblo ini,

Read more ...

Henshin. . .!!

Rabu, 08 Februari 2012
Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh
Bigimane nih kabarnya bro-bro dan sist-sist gue??
Masih tetep terjaga gak sholatnya??
Gue harap sih, lebih sering sholatnya timbang update status nya #ups #nyidirganas hehehe

Gue yakin bener nih ente-ente yang ngebaca judul postingan ini bakal ngebayang-bayangin seorang cowok yang pake ikat pinggang besar merentangkan tangan kanannya dan naruh tangan kirinya di dada, sambil teriak HENSHIN. . .!! Tiba-tiba ada sinar banyak datang darimana dan jeng..!! jeng..!! Tiba-tiba si cowok berubah jadi seorang pahlawan bertopeng lengkap dengan baju tempurnya. Hihihi, emang buat pecinta tokusatsu atau film action ala Jepang pasti kenal banget dengan istilah henshin sedang kalo yang gak pernah dengar, gue yakin pasti melongo bentar terus cepat-cepat buka google, wikipedia dan sejenisnya.

Read more ...

Ummi ku sayang

Selasa, 24 Januari 2012
Bismillahir rahmanir rahim
Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Salam gaol buat teman-teman seiman sekalian, semoga selalu bisa lebih baik dari yang sudah-sudah ya.

Alhamdulillah hari ini gue punya kesempatan buat nulis lagi di blog ini, setelah seharian penuh tangan gue  aktif nulis nota-nota pesanan barang pelanggan-pelanggan setia toko gue di kampung. Biasalah anak pedagang, kalo aja gue anak pemilik restaurant mungkin gue bantuin nyicip menu nya satu-satu #eeh, yang ada malah ditabokin ortu mah kalo gitu. Gue gak sendirian kok bantuin di toko, masih ada 3 sodara kandung gue yang imut-imut pada bantuin juga. Meskipun dua orang yang kecil cuman bisa bantuin ngabisin permen di toples -______-.

Ada satu kejadian yang lumayan lucu ditoko, menurut gue sih, ini bentuk skenarionya, judulnya "Tak Semua Yang Kau Dengar Itu Benar"
Pembeli: "Ada jual box es?"
Read more ...

korelasi move on dan hijrah

Jumat, 20 Januari 2012
 Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Apa kabar loe-loe sekalian? Gue harap loe pada sehat dan selalu beriman ya sob. Aminn.
Muuphin akyu karena baru bisa buat bacaan baru buat loe-loe semua, soalnya gue kemaren-kemaren sibuk banget sama yang namanya ujian dan sekarang mumpung gue lagi di kampung halaman gue bisa bebas leluasa nulis di blog merangkap nostalgia bareng PC purba gue, yg gue warisin ke adek-adek gue dan mereka jaga dengan baik, ya bener-bener di rawat dengan baik sampai semua macam dan varian virus bisa hidup dengan damai dan beranakpinak dalam nih PC -______-. Terimakasih adik-adikku. #nyesek

OK,kita tinggalin cerita antara aku, adikku dan virus komputer diatas, langsung menuju ke topik utama yang udah tertulis di judul postingan ini, yup bener banget move-on. Bagi sebagian besar anak-anak remaja jaman sekarang yang pada eksis di dunia maya(termasuk juga gue) pasti udah akrab banget sama istilah satu itu, dan bagi yang belum tau saya sudah ngasih satu link yang berguna banget kala lu ada dalam kesulitan klik di sini (yang udah buka link nya pasti "terkagum-kagum" dan bilang "ooo iya juga ya").

Sama seperti loe semua, gue waktu pertama kali dengar istilah ini gue juga penasaran abis sama yang namanya move on, karena gue juga dikit-dikit bisa bahasa inggris gue coba artiin kata perkata, move artinya bergerak, on artinya diatas. Nah lho gue terbelalak kaget, mau bergerak diatas apaan coba?? Ambigu banget nih bahasanya. Akhirnya, gue pake analisis kedua gue coba ngecek TL temen-temen gue yang gaul abis di twitter. Gue mau ngecek, bilamanakah mereka make istilah move on. Catatan hasil analisa laboratorium gue sebagai berikut:
Read more ...